Rabu, 18 April 2012

Idealisme Berdandan membuat GALAU


I am beautiful no matter what they say
Words can’t bring me down
I am beautiful in every single way
Yes, words can’t bring me down
So you don’t bring me down today
(Beautiful – Christina Aguilera)

Halo dear,

Aku galau. Yap, akhirnya aku mengakui kalo galau. Tapi harap diingat kegalauanku bukan soal asmara yang membabi buta itu. Aku galau karena kecantikan alami yang ada dalam diriku ternyata nggak berhasil menarik perhatian kaum adam. I’m so desperate. Oke, perlu diketahui aja aku ini bukan tipe cewek yang suka dandan, bahkan aku nggak bisa dandan mungkin itu yang menyebabkan aku masih single menahun. Sehari-harinya kalo dulu ke kampus aku Cuma pake bedak sama eyeliner aja. Aku bener-bener dandan kalo emang mendesak dan perlu seperti waktu nikahan sodara, jadi MC dadakan waktu KKN, atau waktu ujian Public Speaking. Nah, momen-momen yang menurutku emang penting aku baru deh mau lebih mempercantik diri ya walaupun aku merasa sudah cukup cantik sih. Hahaha

Tapi, entah kenapa saat ini aku galau soal topik dandan. Iya, nggak bisa dipungkiri kalo dandan itu bisa menunjang penampilan tiap orang bahkan orang yang sekalipun wajahnya standar dan datar bisa jadi oke dan kece kalo udah disentuh sama make up. Dandan memang identik sama kaum hawa, itu sudah berlangsung selama puluhan abad. Aku bukannya anti soal dandan, Cuma hal seperti itu bukan jadi kegiatan wajib ku. Aku merawat diri kok, seminggu sekali masih maskeran biar bekas-bekas jerawat dan komedo bisa ilang, aku juga luluran, aku juga rajin keramas, pake shampo dan kondisioner bahkan masih aku beri tambahan vitamin. Tiap keluar rumah aku bahkan nggak pede kalo nggak pake bedak dan eyeliner.  Deodorant, cologne dan hand body adalah item wajib sebelum aku beraktivitas. Tapi aku nggak suka memakai make up berlebihan, banyak tuh mahasiswi di kampus dandan heboh banget, aku Cuma bisa ngebatin nih orang pada niat kuliah apa niat fashion sih? Kalo jalan dianggun-anggunin tapi ada bunyi klotak klotak dari heelsnya udah gitu buru-buru pula karena udah telat masuk kelas. Makanya kalo kuliah itu yang disiapin materinya bukan dandannya.

Beberapa waktu yang lalu, aku sempet interview kerja di beberapa tempat. Oke, sekali interview dan setelah itu nggak ada panggilan lagi. Aku rasa kualifikasiku sebagai fresh graduate dengan pengalaman organisasi yang lumayan ya nggak jelek-jelek amat. Nggak usah liat IPK deh, percuma juga aku dapat angka sempurna dan lulus cum laude tapi ternyata waktu kerja nilai (baca: IPK – Indeks Prestasi Kumulatif) nggak terlalu jadi bahan pertimbangan. Aku kalah langkah dari cewek-cewek yang juga interview disana, mereka dandan total abis, Yap, from head to toe mereka udah prepare. Aku perhatikan baju yang mereka pakai sama aja kayak baju yang aku pakai, rapi dan formal. Mereka pakai heels, so do i. Tapi, satu yang bikin aku berbeda wajahku polos aja gitu, cuma di dempul sama bedak, eyeliner dan blush on. Wajahku, kurang make up ibarat sawah yang kurang air, wajahku kurang fresh. Jadi, aku sadar kalo ternyata dandan itu mulai penting demi masa depanku.

Aku jadi inget omongan seseorang, yang pernah bilang ke aku kalo dia suka sama aku bukan karena aku good looking tapi justru karena aku lucu, dia menyarankan agar aku mulai memperhatikan penampilan, bukan berarti aku harus ikut perawatan mahal, spa, massage atau apapun yang akhirnya menghabiskan uang ortu. Cuma dia pengen ngelihat aku tampil fresh dan tetap lucu. Ya aku tahu sekarang dia berada jauh disana, dan dia juga udah punya pacar jadi nggak mungkin juga ada cowok yang bilang aku lucu lagi. (bagian ini bisa diabaikan,hahaha)

Aku inget-inget omongannya, aku bisa cantik dan tetap jadi diriku sendiri. Cantik nggak harus dandan sampai ngabisin duit. Mungkin dengan memilih style rambut yang bisa membuat wajah jadi lebih fresh atau memilih gaya berbusana yang up to date tapi nggak bikin kehilangan jati diri. Ya, aku masih menyayangkan bahwa kecantikan masih jadi komoditas kapitalisme. Banyak iklan produk kecantikan baik itu perawatan wajah,kulit, kaki, tangan bahkan udel sekalipun yang mengelu-elukan bahwa kulit putih bersih itu idaman setiap laki-laki, jadi buat perempuan berkulit gelap sebaiknya memakai produk pemutih supaya bisa dapat pacar sempurna semacam Taylor Lautner. Padahal, iklan-iklan seperti itu adalah suatu bentuk pembodohan. Tahu kenapa? Dari iklan-iklan seperti perempuan jadi dikotakkan sebagai makhluk yang bisanya Cuma berdandan. Aku jadi inget mata kuliah Media and Cultural Studies yang pernah diajarkan dosenku, ada satu materi Feminisme, dimana, kecantikan perempuan itu merupakan suatu mitos. Mitos kecantikan itu sudah dikonstruksi secara sosial, politik, ekonomi dan budaya sejak lama yang malah mengeksploitasi potensi perempuan dan menghancurkan pemikiran perempuan.

Kecantikan itu jadi bisnis dan keuntungan untuk industri kecantikan, dan tubuh perempuan itu dijadikan sebagai lahan komoditi yang bernilai jual tinggi. Industri kecantikan dan media akhirnya mengkonsep pemikiran perempuan bahwa perempuan dengan kulit putih, rambut lurus lebat, badan kurus, dsb itu adalah perempuan sempurna. Coba dipikir lagi, gimana dengan perempuan-perempuan yang emang sejak lahir dikodratkan berkulit gelap, mau pakai seribu produk kecantikan mau didempul berkali-kali kalau dari orok emang kulitnya nggak putih mengkilat mana bisa semua itu tercapai. Akhirnya apa yang terjadi? Perempuan jadi berpikir bahwa untuk cantik harus putih! Beauty is pain, darling!

Menurutku sih, lebih baik iklan produk kecantikan itu mengganti tagline “memutihkan” dengan kata lain, misal “menghaluskan; menyehatkan”. Perempuan yang berkulit gelap pun bisa terlihat cantik dengan keeksotisan diri mereka, coba tengok Beyonce Knowles atau artis dari Indonesia seperti Shanty, Happy Salma, chef Farah Quinn. Mereka tidak berkulit putih tapi mereka tetap terlihat cantik kan?

Jadi, aku sekarang nggak mau lagi beridealis soal dandan, aku harus belajar mengapresiasi diriku sendiri. Anggap saja dengan memperhatikan penampilan itu sebagai achievement buat diri sendiri. Nggak harus berdandan a la Syahrini dan Ashanty yang tebel banget make up nya, cukup do something natural bakal bikin penampilan jadi lebih fresh.

*Dandan berlebihan seorang perempuan berbanding terbalik dengan isi otaknya

*Beauty without brain is nothing



salam kece,


DEE

21 komentar:

  1. Kecantikan tidak dinilai dari apa yang terlihat tapi apa yang bisa ia tunjukkan. itu!!! - Mariyok teguk

    BalasHapus
  2. yaampun jadi keingetan anak kelas sebelah yang suka dandan kesekolah udah kayak tante2 sales mau jualan make up -_____-
    gausah dandan berlebihan keliatan lebay mah ntar jijik juga cowoknya hahaha :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo gitu tunjukkan kalo kamu cantik dan pintar :)

      Hapus
  3. Kalo aku sendiri sebagai cowok lebih suka ngeliat cewek yg seadanya, dan gak berlebihan dalam melakukan sesuatu. Termasuk, dandan. Begitupula kalau cewek ngeliat cowok yang dandan berlebihan #ehsalah huahuahua =))

    BalasHapus
  4. lebih asik alami kok,,gak banyak dempulan :)
    PD aj,,yg penting hati cantik hehehhe

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya sepakat Caya..yang alami lebih long-lasting :)

      Hapus
  5. seseorg dpt d lht dr mtax ktika menatap dan d lht dr ahlakx

    BalasHapus
  6. apa gunanya kalo cantik wajah, putih, mulus, tapi gak cantik hati? hehe
    ak sendiri juga ga bisa pake make up kok kakak -..-

    BalasHapus
  7. Gak dipungkiri inner beauty is a must, tapi outer beauty pun juga diabaikan.. Gak mungkin kan kamu ngasih kado yang bagus didalam tapi pembungkusnya koran atau kantong plastik aja?? bisa" sebelum buka udah dibuang aja sama yg nerima kado.. Just make yourself not too much.. 1st impression itu kadang" emg jadi tolak ukur seseorang mau lebih dekat apa nggak, so nggak ada salahnya kalo kamu berdandan demi mendapatkan 2nd, 3rd, 4th impression :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. bukan maksudku dandan itu salah. aku akui kok dandan itu penting,menunjang penampilan. makanya aku sekarang berpikir untuk mulai lebih "care" sama diriku. yang aku sesalkan hanya kecantikan dan perempuan jadi komoditas iklan-iklan produk yang makin kapitalis dan ujung-ujungnya bikin tingkat konsumerisme makin tinggi :)

      Hapus
  8. halo baru pertama kali mampir ke sini, salam kenal. :)

    kalo gue sendiri sih sangat malas dandan, paling cuma pake makeup mata doang, sisanya bedakan gue ga suka, yang ada cuma jerawat doang nongol gara-gara pori-pori ketutupan. -___-

    BalasHapus
  9. hai audrey, namamu mengingatkan ku pada seseorang.hihihi
    jerawat ya?? problem yg sama lho..

    BalasHapus
  10. hmm.. kalo gue sih tetep idealis malahan sama tipikal cewe yang natural *inikokjadicurhat
    hoho ..
    kalo gue jadi HRD nya, lo pasti ge lulusin mbak :)

    eniwei, salam kenal yo :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai EY, salam kenal juga. Kalo gitu aku apply diperusahaan kamu aja gimana?

      Hapus
  11. Dandan perlu tapi sesuai kondisi :D bener tuh kalau ke kampus dandannya lebay jadi capek juga -_-, capek buat yang ngelihat :P

    cantik itu relatif :3 setiap orang punya definisi sendiri, yg penting be urself Dee lucu ;)

    suka kata - kata penutupnya :)

    BalasHapus
  12. hihihiii aku suka banget dandan dee.. :)
    dari semester 2 mulai suka dandan, mmm menurutku dandan itu penting. dan yang penting gak berlebihan. apalagi di dunia kerja harus fresh, penampilan memang bukan yang Utama, tapi penampilan adalah yang Pertama dilihat, karena manusia ga bisa 'baca pikiran', kata2 yang aku dapet tadi siang di career days dari trainer, untuk profesional kerja. so ayo dandan cynnn hihi >,<.

    BalasHapus
  13. Hehe, mungkin kalo bagian frontliner dandan itu penting..
    tapi pengalaman orang emang beda-beda ya..
    soalnya teman2 saya banyak yang keterima kerja walaupun dia gak dandan..

    tapi emang saya suka aneh liat tagline "Cantik itu putih"
    "Cantik itu tanpa bulu"

    Bagaimanapun tampilan luar itu mudah luntur, kecantikan dalam yang paling penting

    BalasHapus

Terima kasih sudah membaca dan sertakan komentarmu disini Dear. :)