Kamis, 09 Juli 2015

Himalaya

Coba khayalkan sejenak 
sepuluh tahun nanti hidupmu
coba bayangkan sejenak misalkan
ada aku yang menemani 
hari demi hari yang tak terhitung
misalkan itu aku yang terakhir umtukmu

---------------------------------------
untuk itu kan ku persembahkan
Himalaya

(Himalaya - Maliq n D'essentials)


Rabu, 08 Juli 2015

Mati

Dia sendiri
Berdiri mematung di sudut ruangan
Nafas yang terengah-engah
Jantung yang berdebar kencang
Laksana tabuhan suara gendang

Dia terpaku
Namun matanya mengawasi sekitar
Diam, hening, sepi
Tapi ancaman bisa datang dari segala penjuru

Tangannya menggenggam sebilah kayu
Senjata satu-satunya yang dimiliki
Harapan untuk selamat
Erat sekali genggamannya, mungkin dalam hati kayu itu merintih kesakitan

Sekelibat bayangan tertangkap matanya
Dia di sudut ruangan
Merapal doa dalam hati
Mengharapkan bantuan dari Sang Ilahi

Nyawa yang jadi taruhannya
Bayangan hitam itu mengetahui keberadaannya
Pintu ruangan terbuka
Semilir angin langsung memenuhi ruangan yang pengap ini

Dia, sendirian
Dia, ketakutan
Dia, tak ada yang menyelamatkan

Suara langkah kaki
semakin mendekati sudut ruangan itu
Dia, tak berkutik
Dia, terjebak

Tangan dengan jemari yang besar tak elok dipandang
Menyentuh bahunya
Dipaksanya dia untuk menoleh
Dia hanya bisa pasrah

Sebuah benda tajam terasa mengoyak punggungnya
Berkali-kali
Sakit.. sakit...sakit...
Kayu itu lepas dari genggamannya

Dia telah mati.
Tragis

Bayangan hitam itu pergi
Kayu itu turut dibawanya
Yang tersisa hanya tubuh yang terbujur kaku
Dengan darah membasahi seluruhnya

Dia telah mati.
Tragis


-Debrina-

Minggu, 05 Juli 2015

Selamat pagi, Rimba

Pukul 05.00 pagi

Kepada Rimba,

Hai, selamat pagi - secangkir teh tawar hangat telah ku siapkan untukmu. Aku memandangimu, awalnya ingin membangunkanmu dari buaian mimpi, namun aku tak tega mengingat semalam kau kehujanan dalam perjalanan pulang dari kantor. Jadi ku putuskan memberi 30 menit lagi waktu yang tersisa untukmu menikmati nyamannya ranjang kita. Ranjang yang kau beli di tahun ketiga pernikahan kita sebagai ganti dari ranjang warisan dari ayahmu yang telah lapuk dimakan usia. 

Rabu di minggu depan adalah tepat tahun ke- 5 usia pernikahan kita. Aku bukanlah orang yang romantis dan kau pun begitu, aku tidak mengharapkan makan malam spesial di restoran mahal dan diiringi alunan merdu dawai biola. Aku mensyukuri setiap detik yang kita lewati bersama, aku teguh pada janji yang saling kita ucapkan saat pernikahan kita. Perayaan kecil di rumah - dengan kembali menonton akting Anne Hathaway dan Jim Strugess di film One Day, lalu kamu akan memelukku ketika aku mulai meneteskan air mata hingga film itu berakhir. Ah, kau tentunya sudah hafal betul aku terlalu mudah menangis. 

Rimba, ada sekelumit maaf yang ingin ku ucapkan. Tidak, bukan maksudku menjadi lemah di hadapanmu. Namun, aku tidak biasa untuk menyimpannya sendiri. Kau pasti tahu permintaan maaf yang selalu ku ulang setiap tahunnya. Permintaan maaf yang terucap bukan karena kesalahan tapi lebih kepada ketidakmampuanku menjadi istri yang sempurna untukmu.