Jumat, 13 November 2015

Untuk Kamu

Untuk kamu yang sedang marah, semoga hatimu cepat berdamai
Untuk kamu yang sedang berusaha meraih masa depan,semoga tiada kata menyerah
Untuk kamu yang sedang sibuk dengan game di smartphone mu, suatu saat akan ada yang lebih menyita perhatianmu
Untuk kamu yang mengeluhkan betapa hidup ini tak adil bahwa orang jahat masih mendapat keuntungan dengan memanfaatkan kebaikan orang lain, semoga kamu bisa lebih ikhlas.
Untuk kamu yang pernah berjanji akan membahagiakan ku nanti, semoga janji itu terpenuhi
Untuk kamu yang selalu diam disaat aku banyak bicara, semoga kita selamanya saling melengkapi
Untuk kamu yang tidak pernah bisa berhenti merokok, semoga suatu saat kamu bisa menggantinya dengan permen lolipop
Untuk kamu yang tidak suka menikmati makanan jepang, semoga suatu hari aku bisa membuatkan kamu ramen yang benar-benar ramen bukan seperti mie instan
Untuk kamu susah bangun pagi, semoga alarm mu tidak pernah terlambat membangunkanmu
Untuk kamu yang berjanji sepenuh hati untuk terus mencintaiku, tak ada lagi yang harus ku katakan selain "aku tahu itu"
Untuk kamu yang namamu selalu ku sebut setelah orang tua ku dalam setiap doaku, semoga Tuhan memberi berkatNya untuk kita
Untuk kamu yang berulang tahun ke 26 di empat belas November, aku mencintaimu selalu

Selalu..
Selalu..
Selalu..

Jadi, selamat ulang tahun Ndut. Semesta memberkati.
Your Love,
Debrina

Kamis, 12 November 2015

istana pasir

Sudah lama sekali rasanya kita tidak berjalan berdua diatas pasir berwarna putih yang dari kejauhan tampak berkilauan bagaikan permata memenuhi bibir pantai. Mungkin kamu lupa kapan terakhir kalinya kita menikmati momen seperti ini. Aku ingat, terakhir kali sebelum semuanya berubah menjadi menyebalkan. Di ulang tahunku yang ke 23 tepatnya setahun yang lalu, kita menghabiskan hari itu dengan bermain di pantai. Kita tampak bahagia,terlebih aku Karena saat itu aku berulang tahun. Kamu membangun istana pasir yang tingginya menaranya hanya mencapai 30 centi. Lalu kita tertawa bahagia seperti anak kecil, lepas tanpa beban.
Hingga hari ini, kita kembali berjalan menyusuri pantai yang sama dan aku masih bisa melihat bayangan istana pasir yang kita buat saat itu. Kita berjalan tanpa sepatah kata pun yang terucap. Sesungguhnya aku menantikan kamu yang mengalah untuk berbicara lebih dulu, Karena aku tau ada yang sangat berkecamuk di dalam situ, iya di hatimu.
Aku mengambil beberapa kerikil danmelemparkannya ke arah laut, satu persatu hingga semua sudah terlempar. Kamu masih diam.
"Langit sore ini terlalu indah, ah aku ingin pulang saja," kata ku memecah keheningan diantara kita
" Kenapa pulang? Nikmati saja langit sore ini, bukannya kamu sangat menyukai senja?" Tanyanya kemudian
Aku diam. Aku bisa merasakan bahwa hal ini akan segera terjadi,aku Sudah menduganya.
" Maafkan aku, ini sudah terlalu lama, terlalu dipaksakan untuk tetap berjalan beriringan. Ini tidak akan berhasil jika kita yang menjalani bersama. Aku tidak ingin menyakitimu tapi setahun belakangan ini sesuatu yang menghentikan semua perasaan yang ada. Maafkan aku," katanya lagi.
Sudah cukup aku tidak perlu lagi aku mendengarkan kalimat berikutnya. Ku alihkan pandanganku istana pasir yang kita bangun terkikis oleh ombak yang mulai menepi ke pinggir pantai. Ya, hatiku sehancur istana itu.
Kosong..

Pukul 05.00 pagi

Aku terbangun, sial aku memimpikan kamu lagi. Tanpa sengaja aku layangkan pandangan ku ke sebuah foto yang aku tempelkan di papan pengingat pesan. Foto itu setahun yang lalu, istana pasir,ulang tahunku dan kamu. Pahit. Karena kamu tidak lagi bersamaku.

Rabu, 05 Agustus 2015

Galau di awal Agustus

Good day all,


Hari ke- 5 di bulan Agustus, entah gue harus mulai darimana tapi kenyataannya bulan ini menjadi bulan spesial setelah bulan April (bulan kelahiran gue). Alasannya sederhana, karena pada bulan agustus gue merayakan hari jadi bersama seseorang yang spesial. Gue saking excitednya udah menyiapkan hadiah buat dia dan gue berharap dia bakal suka. Ah bagian ini gue skip untuk postingan berikutnya aja.



Kenyataan berikutnya adalah gue GALAU. 



Kenapa?



Berawal dari siang tadi, ada seorang teman yang membagikan informasi lowongan pekerjaan di salah satu televisi swasta. Gue cuma bisa miris, gue seperti kembali ke tahun 2013 dimana saat itu gue mengikuti proses recruitment di stasiun televisi yang sama. Singkat cerita, gue gagal! gue nggak lolos saat interview user dan buat gue hal itu cukup menghancurkan mood sepanjang hari. Gue merasa kecewa pada diri gue sendiri, karena menjadi bagian dalam stasiun televisi itu adalah impian gue sejak lama. Lalu kenapa sekarang jadi galau? Iya karena sampai detik ini gue masih belum bisa terima kegagalan gue saat itu. 

Gue merasa performance gue buruk dan itulah penyebab kegagalan diri gue untuk bergabung di sana. Andai gue bisa kembali ke 2013 gue ingin memperbaiki diri gue sendiri terutama ketika akan menghadapi interview user. 


Di sisi lain, ada hasrat untuk kembali mencoba peruntungan dengan apply pada stasiun televisi tersebut. Namun nyatanya nggak semudah itu gue tidak pesimis terhadap masa depan gue nantinya. Gue hanya realistis, memilah milah mana yang penting dan tidak terlalu penting. Semua udah berbeda nggak seperti  2 tahun yang lalu. Gue nggak bisa asal milih, yang ada nanti gue gegabah.



Gue berpikir dan mulai mempertimbangan, kehidupan gue saat ini udah baik meski masih jauh dari kata sempurna tapi gue bahagia. Gue punya pacar dan tentunya ada tujuan yang gue dan dia pengen capai bersama, adek-adek gue yang semakin dewasa secara fisik dan emosional membuat gue nggak pengen jauh dari mereka. Dan tentu saja kedua orang tua gue yang tidak lagi muda, gue pengen selalu berada di dekat mereka. 



Gue tidak menjadikan "mereka" sebagai beban penghalang ketika gue pengen mencoba peruntungan bekerja di media massa seperti televisi. Gue cuma realistis, gue nggak bisa egois. Apalagi usia gue yang udah berada pada zona kapan-kamu-nikah membuat gue berpikir ulang, gue ingin menghabiskan hidup gue bareng sama orang yang gue cintai dan sudah sepantasnya pertimbangan ini tidak membuat segala rencana yang udah disusun jadi berantakan.



Hasrat untuk apply kembali pada stasiun tv atau persiapan menuju masa depan membuat pikiran gue jadi bias. Di sisi lain banyak yang memberi dukungan untuk apply, tapi ada juga yang memberi opini "pengingat" bahwa ada tujuan lain dalam hidup yang tidak hanya soal pekerjaan impian.



Ahh, biarlah gue juga makin bingung. Sebaiknya gue tidur aja daripada makin ngelantur di sini.



-Debrina-

Kamis, 09 Juli 2015

Himalaya

Coba khayalkan sejenak 
sepuluh tahun nanti hidupmu
coba bayangkan sejenak misalkan
ada aku yang menemani 
hari demi hari yang tak terhitung
misalkan itu aku yang terakhir umtukmu

---------------------------------------
untuk itu kan ku persembahkan
Himalaya

(Himalaya - Maliq n D'essentials)


Rabu, 08 Juli 2015

Mati

Dia sendiri
Berdiri mematung di sudut ruangan
Nafas yang terengah-engah
Jantung yang berdebar kencang
Laksana tabuhan suara gendang

Dia terpaku
Namun matanya mengawasi sekitar
Diam, hening, sepi
Tapi ancaman bisa datang dari segala penjuru

Tangannya menggenggam sebilah kayu
Senjata satu-satunya yang dimiliki
Harapan untuk selamat
Erat sekali genggamannya, mungkin dalam hati kayu itu merintih kesakitan

Sekelibat bayangan tertangkap matanya
Dia di sudut ruangan
Merapal doa dalam hati
Mengharapkan bantuan dari Sang Ilahi

Nyawa yang jadi taruhannya
Bayangan hitam itu mengetahui keberadaannya
Pintu ruangan terbuka
Semilir angin langsung memenuhi ruangan yang pengap ini

Dia, sendirian
Dia, ketakutan
Dia, tak ada yang menyelamatkan

Suara langkah kaki
semakin mendekati sudut ruangan itu
Dia, tak berkutik
Dia, terjebak

Tangan dengan jemari yang besar tak elok dipandang
Menyentuh bahunya
Dipaksanya dia untuk menoleh
Dia hanya bisa pasrah

Sebuah benda tajam terasa mengoyak punggungnya
Berkali-kali
Sakit.. sakit...sakit...
Kayu itu lepas dari genggamannya

Dia telah mati.
Tragis

Bayangan hitam itu pergi
Kayu itu turut dibawanya
Yang tersisa hanya tubuh yang terbujur kaku
Dengan darah membasahi seluruhnya

Dia telah mati.
Tragis


-Debrina-

Minggu, 05 Juli 2015

Selamat pagi, Rimba

Pukul 05.00 pagi

Kepada Rimba,

Hai, selamat pagi - secangkir teh tawar hangat telah ku siapkan untukmu. Aku memandangimu, awalnya ingin membangunkanmu dari buaian mimpi, namun aku tak tega mengingat semalam kau kehujanan dalam perjalanan pulang dari kantor. Jadi ku putuskan memberi 30 menit lagi waktu yang tersisa untukmu menikmati nyamannya ranjang kita. Ranjang yang kau beli di tahun ketiga pernikahan kita sebagai ganti dari ranjang warisan dari ayahmu yang telah lapuk dimakan usia. 

Rabu di minggu depan adalah tepat tahun ke- 5 usia pernikahan kita. Aku bukanlah orang yang romantis dan kau pun begitu, aku tidak mengharapkan makan malam spesial di restoran mahal dan diiringi alunan merdu dawai biola. Aku mensyukuri setiap detik yang kita lewati bersama, aku teguh pada janji yang saling kita ucapkan saat pernikahan kita. Perayaan kecil di rumah - dengan kembali menonton akting Anne Hathaway dan Jim Strugess di film One Day, lalu kamu akan memelukku ketika aku mulai meneteskan air mata hingga film itu berakhir. Ah, kau tentunya sudah hafal betul aku terlalu mudah menangis. 

Rimba, ada sekelumit maaf yang ingin ku ucapkan. Tidak, bukan maksudku menjadi lemah di hadapanmu. Namun, aku tidak biasa untuk menyimpannya sendiri. Kau pasti tahu permintaan maaf yang selalu ku ulang setiap tahunnya. Permintaan maaf yang terucap bukan karena kesalahan tapi lebih kepada ketidakmampuanku menjadi istri yang sempurna untukmu.