Senin, 23 April 2012

Kamu

Malam semakin larut, bulan pun tampak kelelahan memancarkan sinarnya. Seolah mengerti , langit malam mulai menutupi sang rembulan, cahayanya semakin samar. Tapi tidak demikian dengan diriku. Aku bahkan tidak lelah sama sekali aku masih terjaga. Mataku masih memaksa untuk bertahan. Suara dengkuran ayah di kamar sebelah makin nyaring,  mirip suara knalpot motor tuanya. 
Di atas tempat tidur, aku gelisah. pikiranku terbang melayang-layang. Aku merasakan pipiku merona merah, aku tersipu sendiri. Hahaha, aku aneh dan merasa konyol malam ini! Apa yang terjadi pada diriku? 
Lalu, dengan tergesa-gesa aku bangun, beranjak dari kasur terempuk seantero jagat raya. Ku raih tas di atas meja belajarku, merogoh sesuatu. Aha, aku menemukannya. Ponselku. Kini, aku duduk di samping kasur, sambil memeluk erat gulingku lalu aku mulai membaca pesan di kotak masuk. Baru kali ini, isi pesan di kotak masuk berasal dari satu nama. Ada sekitar lima puluh enam pesan, berasal dari kamu. Dari sore tadi sepulangku dari rumah Dinda, aku dan kamu saling berbalas pesan. 
Aku tersenyum, kamu tahu sudah lima kali aku mengulang membaca pesan-pesan ini. 

kamu : Udah makan? aku kelaparan disini. 

Aku tersenyum membacanya, tinggal jauh dari orang tua benar-benar membuatmu untuk berhemat. Karena tuntutan ilmu kamu harus berada disana. 
Pikirku kembali melayang, kapan kamu akan pulang? Tentu aku ingin bertemu kamu, seperti apa dirimu sekarang, aku mencoba membayangkan, ah tapi, tetap saja yang muncul diotakku wujudmu ketika masih mengenakan seragam putih-biru. 

kamu : why must her? why don't you here beside me?

Ketika membaca pesan ini, perasaanku makin kacau. Aku tidak lagi bisa membedakan mana bawang putih dan mana bawang merah, tidak lagi bisa membedakan mana toples yang berisi gula dan mana yang berisi garam. Semua tampak absurd. Jawabanmu ini sama sekali tidak aku sangka, hanya karena aku mengatakan disana kamu tidak perlu kesepian karena ada seseorang yang menemanimu. Seseorang yang mendekatimu dan mengharapkan perasaanmu. Dan kamu menjawab demikian, aku seperti melayang jauh. Apa itu berarti kamu lebih memilihku? Aku yang berada jauh, jarak yang berkilo-kilo harus ditempuh. 

Jarak. Itu kendala saat ini, kita tidak bisa bertemu dengan mudahnya. Tidak seperti dulu saat kita baru beranjak remaja, seringnya kita bersepeda bersama memutari kompleks perumahan tempat kita tinggal. Tiba-tiba saja aku merindukan saat-saat itu, tapi sayang sepedaku sudah tak ada lagi, dua tahun yang lalu ayah memberikannya kepada sepupuku. 

Perasaan apa ini? seolah ada kupu-kupu yang berada di dalam perutku. Aku memandangi cermin berkali-kali sambil tersenyum. Sungguh, aku benar-benar konyol. Aku mengatakan padamu ada kupu-kupu didalam perutku. Kamu membalasnya dengan "hahahaha". Ah, mungkin kamu tidak mengerti maksudku. Ya sudahlah. 

Aku penasaran dan memberanikan diri bertanya kepadamu, tentang apa yang kamu rasakan saat ini. Lagi, aku terkejut dengan jawabanmu.

kamu : seperti ada kupu-kupu di dalam perutku.

Kamu tahu, kamu mengerti maksudku. 

Malam semakin larut, sudah pukul 01.00 aku tahu kamu pasti sudah tertidur lelap, semoga kamu bermimpi. Mimpikan aku. Apa yang terjadi besok? Aku tidak sabar menantinya, aku kembali ke tempat tidurku, merebahkan tubuhku dan memandangi langit-langit kamar. Apakah besok kamu masih akan menghubungiku? Apa besok kamu akan mengejutkanku dengan jawaban-jawaban singkatmu? Semua masih menjadi misteri.

Tapi aku berharap, lima puluh enam pesan itu terulang lagi besok. Dengan satu nama yang sama, namamu. 

HIKKI

Rabu, 18 April 2012

Idealisme Berdandan membuat GALAU


I am beautiful no matter what they say
Words can’t bring me down
I am beautiful in every single way
Yes, words can’t bring me down
So you don’t bring me down today
(Beautiful – Christina Aguilera)

Halo dear,

Aku galau. Yap, akhirnya aku mengakui kalo galau. Tapi harap diingat kegalauanku bukan soal asmara yang membabi buta itu. Aku galau karena kecantikan alami yang ada dalam diriku ternyata nggak berhasil menarik perhatian kaum adam. I’m so desperate. Oke, perlu diketahui aja aku ini bukan tipe cewek yang suka dandan, bahkan aku nggak bisa dandan mungkin itu yang menyebabkan aku masih single menahun. Sehari-harinya kalo dulu ke kampus aku Cuma pake bedak sama eyeliner aja. Aku bener-bener dandan kalo emang mendesak dan perlu seperti waktu nikahan sodara, jadi MC dadakan waktu KKN, atau waktu ujian Public Speaking. Nah, momen-momen yang menurutku emang penting aku baru deh mau lebih mempercantik diri ya walaupun aku merasa sudah cukup cantik sih. Hahaha

Tapi, entah kenapa saat ini aku galau soal topik dandan. Iya, nggak bisa dipungkiri kalo dandan itu bisa menunjang penampilan tiap orang bahkan orang yang sekalipun wajahnya standar dan datar bisa jadi oke dan kece kalo udah disentuh sama make up. Dandan memang identik sama kaum hawa, itu sudah berlangsung selama puluhan abad. Aku bukannya anti soal dandan, Cuma hal seperti itu bukan jadi kegiatan wajib ku. Aku merawat diri kok, seminggu sekali masih maskeran biar bekas-bekas jerawat dan komedo bisa ilang, aku juga luluran, aku juga rajin keramas, pake shampo dan kondisioner bahkan masih aku beri tambahan vitamin. Tiap keluar rumah aku bahkan nggak pede kalo nggak pake bedak dan eyeliner.  Deodorant, cologne dan hand body adalah item wajib sebelum aku beraktivitas. Tapi aku nggak suka memakai make up berlebihan, banyak tuh mahasiswi di kampus dandan heboh banget, aku Cuma bisa ngebatin nih orang pada niat kuliah apa niat fashion sih? Kalo jalan dianggun-anggunin tapi ada bunyi klotak klotak dari heelsnya udah gitu buru-buru pula karena udah telat masuk kelas. Makanya kalo kuliah itu yang disiapin materinya bukan dandannya.

Beberapa waktu yang lalu, aku sempet interview kerja di beberapa tempat. Oke, sekali interview dan setelah itu nggak ada panggilan lagi. Aku rasa kualifikasiku sebagai fresh graduate dengan pengalaman organisasi yang lumayan ya nggak jelek-jelek amat. Nggak usah liat IPK deh, percuma juga aku dapat angka sempurna dan lulus cum laude tapi ternyata waktu kerja nilai (baca: IPK – Indeks Prestasi Kumulatif) nggak terlalu jadi bahan pertimbangan. Aku kalah langkah dari cewek-cewek yang juga interview disana, mereka dandan total abis, Yap, from head to toe mereka udah prepare. Aku perhatikan baju yang mereka pakai sama aja kayak baju yang aku pakai, rapi dan formal. Mereka pakai heels, so do i. Tapi, satu yang bikin aku berbeda wajahku polos aja gitu, cuma di dempul sama bedak, eyeliner dan blush on. Wajahku, kurang make up ibarat sawah yang kurang air, wajahku kurang fresh. Jadi, aku sadar kalo ternyata dandan itu mulai penting demi masa depanku.

Aku jadi inget omongan seseorang, yang pernah bilang ke aku kalo dia suka sama aku bukan karena aku good looking tapi justru karena aku lucu, dia menyarankan agar aku mulai memperhatikan penampilan, bukan berarti aku harus ikut perawatan mahal, spa, massage atau apapun yang akhirnya menghabiskan uang ortu. Cuma dia pengen ngelihat aku tampil fresh dan tetap lucu. Ya aku tahu sekarang dia berada jauh disana, dan dia juga udah punya pacar jadi nggak mungkin juga ada cowok yang bilang aku lucu lagi. (bagian ini bisa diabaikan,hahaha)

Aku inget-inget omongannya, aku bisa cantik dan tetap jadi diriku sendiri. Cantik nggak harus dandan sampai ngabisin duit. Mungkin dengan memilih style rambut yang bisa membuat wajah jadi lebih fresh atau memilih gaya berbusana yang up to date tapi nggak bikin kehilangan jati diri. Ya, aku masih menyayangkan bahwa kecantikan masih jadi komoditas kapitalisme. Banyak iklan produk kecantikan baik itu perawatan wajah,kulit, kaki, tangan bahkan udel sekalipun yang mengelu-elukan bahwa kulit putih bersih itu idaman setiap laki-laki, jadi buat perempuan berkulit gelap sebaiknya memakai produk pemutih supaya bisa dapat pacar sempurna semacam Taylor Lautner. Padahal, iklan-iklan seperti itu adalah suatu bentuk pembodohan. Tahu kenapa? Dari iklan-iklan seperti perempuan jadi dikotakkan sebagai makhluk yang bisanya Cuma berdandan. Aku jadi inget mata kuliah Media and Cultural Studies yang pernah diajarkan dosenku, ada satu materi Feminisme, dimana, kecantikan perempuan itu merupakan suatu mitos. Mitos kecantikan itu sudah dikonstruksi secara sosial, politik, ekonomi dan budaya sejak lama yang malah mengeksploitasi potensi perempuan dan menghancurkan pemikiran perempuan.

Kecantikan itu jadi bisnis dan keuntungan untuk industri kecantikan, dan tubuh perempuan itu dijadikan sebagai lahan komoditi yang bernilai jual tinggi. Industri kecantikan dan media akhirnya mengkonsep pemikiran perempuan bahwa perempuan dengan kulit putih, rambut lurus lebat, badan kurus, dsb itu adalah perempuan sempurna. Coba dipikir lagi, gimana dengan perempuan-perempuan yang emang sejak lahir dikodratkan berkulit gelap, mau pakai seribu produk kecantikan mau didempul berkali-kali kalau dari orok emang kulitnya nggak putih mengkilat mana bisa semua itu tercapai. Akhirnya apa yang terjadi? Perempuan jadi berpikir bahwa untuk cantik harus putih! Beauty is pain, darling!

Menurutku sih, lebih baik iklan produk kecantikan itu mengganti tagline “memutihkan” dengan kata lain, misal “menghaluskan; menyehatkan”. Perempuan yang berkulit gelap pun bisa terlihat cantik dengan keeksotisan diri mereka, coba tengok Beyonce Knowles atau artis dari Indonesia seperti Shanty, Happy Salma, chef Farah Quinn. Mereka tidak berkulit putih tapi mereka tetap terlihat cantik kan?

Jadi, aku sekarang nggak mau lagi beridealis soal dandan, aku harus belajar mengapresiasi diriku sendiri. Anggap saja dengan memperhatikan penampilan itu sebagai achievement buat diri sendiri. Nggak harus berdandan a la Syahrini dan Ashanty yang tebel banget make up nya, cukup do something natural bakal bikin penampilan jadi lebih fresh.

*Dandan berlebihan seorang perempuan berbanding terbalik dengan isi otaknya

*Beauty without brain is nothing



salam kece,


DEE

Sabtu, 14 April 2012

imaji menjadi puisi


PERTANYAAN
Apa yang membuat laut begitu biru dari sini?
Biasan warna yang aslinya hanya ada bening
Apa yang membuat awan begitu putih?
Bagai setumpuk kapas yang lembut
Lalu,
Apa yang membuatku tak bisa lepas menatapmu?
Bahkan laut dan awan pun tak menyediakan jawabannya
(29.03.2012 ; 19.16)

PENOLAKKAN VS PENANTIAN
Aku mengingatmu dari sini
Aku melihatmu dari sini
Aku tahu kau pasti akan datang
Sudah sejak lama, hingga masa itu akan kembali
Apa kau masih ingin menemuiku?
Atau mungkin saja,
Kau sudah menghapusku dari memorimu
Sebongkah karang kau berikan padaku
Tanda penolakkanmu
Aku diam saja. Mengerti
Aku tetap menanti
(29.03.2012 ; 19.24)

AKU RINDU
Apa kabarmu hari ini??
Ahh, kau lupa menghubungiku
Kau sibuk, selalu saja.
Jarum jam bergerak dengan pelan
Bahkan aku tak ingin menghitung setiap gerakannya
Seperti kura-kura. Lambat
Aku rindu
Membawakan sekotak roti lapis untuk makan siangmu
Aku rindu
Membetulkan simpulan dasi kerjamu
Aku rindu
Aroma sabun yang melekat dibadanmu, setiap kau selesai mandi
Aku rindu
Mendengarkanmu bernyanyi,diiringi petikan dawai gitar tua mu
Aku rindu
Kau
Jadi, cepatlah kau pulang dan jangan terlambat
Karena aku bisa mati, terlalu merindukanmu
(29.03.2012 ; 19.46)


ps. tanggal 29 Maret 2012 kurang lebih selama 30 menit aku membuat tiga puisi ini..suatu imaji terungkap menjadi kata-kata :)