Tiap-tiap orang memiliki satu momen
yang dijadikan favoritnya. Momen yang membuat setiap hati berdebar tak
beraturan, masa dimana seseorang akan tersenyum hingga tersipu malu tanpa
alasan. Dan bagiku momen yang selalu mampu membuatku tak sabar menantinya untuk
terulang lagi ada disini. Bersamamu, sesederhana itu.
Petikan gitar yang
mengalun pelan dan suaramu yang merdu melantukan Life is Wonderful sebuah lagu dari Jason Mraz membuatku terkesima. Aku
akan selalu tersihir dengan suara emasmu. Aku bagaikan menikmati suatu konser
mini dimana kamu menjadi bintangnya. Ah, malam ini begitu sempurna rasanya tak
ingin segera berganti pagi.
“Woi May, ngelamun
aja sih lo?” Suaramu menyadarkanku dari lamunan sesaat, ah kamu berhenti
bernyanyi.
“Ih,kok lo berhenti
nyanyi?” Tanyaku kemudian
“Nih cewek ditanya eh
malah balik nanya. Gue ogah nyanyi abis lo pake acara melongo ngelamun nggak
jelas. Gue merasa tidak lo anggap” Katamu sambil mengacak rambutku.
“Gue dengerin lo
nyanyi kok, lagian sapa juga yang ngelamun melongo nggak jelas. Gue tadi lagi
mikir aja kenapa suara sebagus lo nggak bisa jadi penyanyi terkenal”
“Gue nggak minat,
suara gue bukan untuk konsumsi publik” jawabmu sambil terus memainkan melodi
gitar perlahan-lahan.
“Bintang, lo punya
bakat kenapa sih lo nggak coba kembangkan? Sayang lah suara sebagus lo cuma gue
yang bisa dengerin”Kamu diam saja lalu
melanjutkan kembali menyanyikan bagian refrain lagu itu.
la la la la la la la
life is wonderful
ah la
la la la la la life is full circle
ah la
la la la la la life is wonderful
al la
la la la
“May, gue nggak butuh jadi penyanyi besar gue udah seneng
segini aja. Orang-orang nggak perlu bayar buat dengerin gue nyanyi. Gue lebih
pengen ngebahagiain ibu dengan pekerjaan gue sekarang. Lagian kalo gue jadi
penyanyi, lo bakalan susah lagi bisa punya waktu bareng gue kayak sekarang ini.
Gue pasti bakal sibuk show dan lo akan jadi sahabat yang terabaikan. Hahahaha”
“Ah sialan lo!” Ucapku ketus.
“Mending gini kan? Malam nggak bakal cepat berganti pagi, gue
bisa tiap saat ke rumah lo dan nikmati pisang goreng buatan lo ini. Dan lo bisa
gue hibur dengan suara gue yang kata lo merdu itu” Bintang selalu menggodaku
dengan bersikap over confident. Ini
adalah momen favoritku menikmati malam berdua denganmu tak ada yang lain. Tak
ada gangguan dari manapun, aku ingin lebih lama seperti ini denganmu.
Bip. Ponselmu berbunyi nada
satu pesan masuk, melihat raut wajahmu aku sudah tahu kebersamaan kita akan
segera berakhir.
“May,gue balik ya. Rara barusan sms, kucingnya hilang dia
minta gue bantuin nyari kucingnya” Kata Bintang dengan wajah memelas
“Biasa aja kali muka lo nggak usah dibikin sok melas gitu. Lo
udah jadian sama Rara?” tanyaku, aku sadar saat menanyakan hal itu suaraku
bergetar. Aku cemburu.
“Belum, mungkin setelah gue nemuin kucingnya dia bakal nerima
gue. Ya udah gue balik sekarang. Eh, pisang ini buat gue ya?”
“Ah,kasihan amat sih lo, udah lima bulan pdkt nggak ada progres
apapun. Cih” kataku sinis.
“Yang penting usahanya May, gue yakin Rara bakal nerima gue
sebentar lagi. Bye jelek” ucap dia lalu menyambar pisang goreng terakhir di
malam itu dan berlalu pergi.
Momen favoritku berakhir dengan cara yang menjengkelkan,
hanya karena seekor kucing yang menghilang dari rumah pemiliknya. Pemiliknya
yang sudah membuatmu gila. Malam ini aku meyakini satu hal, cinta itu buta.