Sudah lama sekali rasanya kita tidak berjalan berdua diatas pasir berwarna putih yang dari kejauhan tampak berkilauan bagaikan permata memenuhi bibir pantai. Mungkin kamu lupa kapan terakhir kalinya kita menikmati momen seperti ini. Aku ingat, terakhir kali sebelum semuanya berubah menjadi menyebalkan. Di ulang tahunku yang ke 23 tepatnya setahun yang lalu, kita menghabiskan hari itu dengan bermain di pantai. Kita tampak bahagia,terlebih aku Karena saat itu aku berulang tahun. Kamu membangun istana pasir yang tingginya menaranya hanya mencapai 30 centi. Lalu kita tertawa bahagia seperti anak kecil, lepas tanpa beban.
Hingga hari ini, kita kembali berjalan menyusuri pantai yang sama dan aku masih bisa melihat bayangan istana pasir yang kita buat saat itu. Kita berjalan tanpa sepatah kata pun yang terucap. Sesungguhnya aku menantikan kamu yang mengalah untuk berbicara lebih dulu, Karena aku tau ada yang sangat berkecamuk di dalam situ, iya di hatimu.
Aku mengambil beberapa kerikil danmelemparkannya ke arah laut, satu persatu hingga semua sudah terlempar. Kamu masih diam.
"Langit sore ini terlalu indah, ah aku ingin pulang saja," kata ku memecah keheningan diantara kita
" Kenapa pulang? Nikmati saja langit sore ini, bukannya kamu sangat menyukai senja?" Tanyanya kemudian
Aku diam. Aku bisa merasakan bahwa hal ini akan segera terjadi,aku Sudah menduganya.
" Maafkan aku, ini sudah terlalu lama, terlalu dipaksakan untuk tetap berjalan beriringan. Ini tidak akan berhasil jika kita yang menjalani bersama. Aku tidak ingin menyakitimu tapi setahun belakangan ini sesuatu yang menghentikan semua perasaan yang ada. Maafkan aku," katanya lagi.
Sudah cukup aku tidak perlu lagi aku mendengarkan kalimat berikutnya. Ku alihkan pandanganku istana pasir yang kita bangun terkikis oleh ombak yang mulai menepi ke pinggir pantai. Ya, hatiku sehancur istana itu.
Kosong..
Pukul 05.00 pagi
Aku terbangun, sial aku memimpikan kamu lagi. Tanpa sengaja aku layangkan pandangan ku ke sebuah foto yang aku tempelkan di papan pengingat pesan. Foto itu setahun yang lalu, istana pasir,ulang tahunku dan kamu. Pahit. Karena kamu tidak lagi bersamaku.
Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan
Kamis, 12 November 2015
Minggu, 05 Juli 2015
Selamat pagi, Rimba
Pukul 05.00 pagi
Kepada Rimba,
Hai, selamat pagi - secangkir teh tawar hangat telah ku siapkan untukmu. Aku memandangimu, awalnya ingin membangunkanmu dari buaian mimpi, namun aku tak tega mengingat semalam kau kehujanan dalam perjalanan pulang dari kantor. Jadi ku putuskan memberi 30 menit lagi waktu yang tersisa untukmu menikmati nyamannya ranjang kita. Ranjang yang kau beli di tahun ketiga pernikahan kita sebagai ganti dari ranjang warisan dari ayahmu yang telah lapuk dimakan usia.
Rabu di minggu depan adalah tepat tahun ke- 5 usia pernikahan kita. Aku bukanlah orang yang romantis dan kau pun begitu, aku tidak mengharapkan makan malam spesial di restoran mahal dan diiringi alunan merdu dawai biola. Aku mensyukuri setiap detik yang kita lewati bersama, aku teguh pada janji yang saling kita ucapkan saat pernikahan kita. Perayaan kecil di rumah - dengan kembali menonton akting Anne Hathaway dan Jim Strugess di film One Day, lalu kamu akan memelukku ketika aku mulai meneteskan air mata hingga film itu berakhir. Ah, kau tentunya sudah hafal betul aku terlalu mudah menangis.
Rimba, ada sekelumit maaf yang ingin ku ucapkan. Tidak, bukan maksudku menjadi lemah di hadapanmu. Namun, aku tidak biasa untuk menyimpannya sendiri. Kau pasti tahu permintaan maaf yang selalu ku ulang setiap tahunnya. Permintaan maaf yang terucap bukan karena kesalahan tapi lebih kepada ketidakmampuanku menjadi istri yang sempurna untukmu.
Kamis, 02 Januari 2014
1 Hari Mencintaimu (kembali)
Malang masih ramah menyapaku tak ada perubahan yang berarti meskipun pada kenyataannya banyak yang mengeluhkan Malang tak senyaman dulu lagi. Tapi, bagiku itu tak menjadi persoalan. Banyak alasan yang membuatku selalu ingin kembali ke kota ini, bukan hanya karena beragam kuliner dan tempat tujuan wisata yang jadi pesona tapi ada hal yang bersifat pribadi bernama kenangan yang membuatku selalu rindu pada Malang.
Aku memperhatikan anak perempuan kecil yang berlarian di depanku, ia tampak begitu lincah dan bahagia di dekatnya berdiri kedua orang tuanya mengawasi sambil sesekali berseru "Awas jatuh,perhatikan langkahmu" atau "Jangan berlarian terus nanti kamu capek". Namanya juga bocah jiwa bebasnya tak akan menghalanginya berhenti berlarian. Ah, andai aku sebebas itu bisa sejenak melupakan kepenatan akan tanggungjawab pada pekerjaan. Sore hari ini bukan tanpa alasan aku duduk manis di bangku taman alun-alun kota Malang, aku menunggu seseorang yang sebentar lagi akan datang. Aku merasa aneh ketika menyadari aku mulai gugup, sesekali aku memperhatikan wajahku dari cermin kecil yang selalu ku bawa kemanapun aku pergi. Aku tidak ingin polesan manis diwajahku ini luntur sebelum ia melihatnya.
Minggu, 22 Desember 2013
[Part 2] Momen
cerita sebelumnya klik [Part 1]
Namanya Bintang, aku mengenalnya sejak
SMA. Waktu itu kami sama-sama bergabung di kepengurusan OSIS. Seringnya
kegiatan OSIS membuat kami menjadi akrab apalagi jarak rumah kami berdekatan
jadi aku dan Bintang sering kali berangkat dan pulang sekolah bersama. Saat
kuliah tanpa di duga kami masuk di Universitas yang sama meskipun kami berbeda
fakultas. Tapi kami tidak pernah sekali pun tidak melewatkan waktu bersama Uhm, kecuali saat aku sibuk dengan pacarku.
Aku sadari betul momen bersama Bintang lebih membuatku excited ketimbang aku harus pergi berkencan dengan
pacarku. Aku tidak bisa menemukan jawabannya aku selalu beranggapan karena
Bintang adalah sahabatku dan dia tahu segalanya tentang diriku jadi itulah
alasan kenapa aku bisa merasa lebih nyaman dan aman tiap bersamanya daripada
bersama pacarku.
Lalu waktu berjalan dengan cepat aku
putus dengan pacarku, penyebabnya klise aku memergokinya bersama dengan adik
tingkatku bergandengan tangan sangat
mesra di suatu mal dan ternyata fakta terungkap bahwa mereka berdua sudah
berpacaran selama 3 bulan dibelakangku. Saat itu aku merasa tubuhku kosong, aku
tidak menyangka percintaanku berakhir memilukan seperti ini. Aku benar-benar
merasa bodoh, aku hilang kendali lebih karena tidak terima dengan perlakuan
pacarku. Hujan turun dengan derasnya, saat itu hampir tengah malam aku
sendirian sekitarku sepi semakin menyedihkan rasanya. Aku duduk di depan sebuah
toko yang sudah tutup. Lalu aku ingat seseorang, kemudian ku raih ponsel di
dalam tas dan akhirnya aku menghubunginya. Aku ceritakan semua padanya, belum
selesai aku bicara ia memintaku untuk tidak beranjak kemana-mana karena ia akan
segera datang menjemputku. Dia, Bintang.
Senin, 16 Desember 2013
(Part 1) Momen
Tiap-tiap orang memiliki satu momen
yang dijadikan favoritnya. Momen yang membuat setiap hati berdebar tak
beraturan, masa dimana seseorang akan tersenyum hingga tersipu malu tanpa
alasan. Dan bagiku momen yang selalu mampu membuatku tak sabar menantinya untuk
terulang lagi ada disini. Bersamamu, sesederhana itu.
Petikan gitar yang
mengalun pelan dan suaramu yang merdu melantukan Life is Wonderful sebuah lagu dari Jason Mraz membuatku terkesima. Aku
akan selalu tersihir dengan suara emasmu. Aku bagaikan menikmati suatu konser
mini dimana kamu menjadi bintangnya. Ah, malam ini begitu sempurna rasanya tak
ingin segera berganti pagi.
“Woi May, ngelamun
aja sih lo?” Suaramu menyadarkanku dari lamunan sesaat, ah kamu berhenti
bernyanyi.
“Ih,kok lo berhenti
nyanyi?” Tanyaku kemudian
“Nih cewek ditanya eh
malah balik nanya. Gue ogah nyanyi abis lo pake acara melongo ngelamun nggak
jelas. Gue merasa tidak lo anggap” Katamu sambil mengacak rambutku.
“Gue dengerin lo
nyanyi kok, lagian sapa juga yang ngelamun melongo nggak jelas. Gue tadi lagi
mikir aja kenapa suara sebagus lo nggak bisa jadi penyanyi terkenal”
“Gue nggak minat,
suara gue bukan untuk konsumsi publik” jawabmu sambil terus memainkan melodi
gitar perlahan-lahan.
“Bintang, lo punya
bakat kenapa sih lo nggak coba kembangkan? Sayang lah suara sebagus lo cuma gue
yang bisa dengerin”Kamu diam saja lalu
melanjutkan kembali menyanyikan bagian refrain lagu itu.
la la la la la la la
life is wonderful
ah la la la la la la life is full circle
ah la la la la la la life is wonderful
al la la la la
ah la la la la la la life is full circle
ah la la la la la la life is wonderful
al la la la la
“May, gue nggak butuh jadi penyanyi besar gue udah seneng
segini aja. Orang-orang nggak perlu bayar buat dengerin gue nyanyi. Gue lebih
pengen ngebahagiain ibu dengan pekerjaan gue sekarang. Lagian kalo gue jadi
penyanyi, lo bakalan susah lagi bisa punya waktu bareng gue kayak sekarang ini.
Gue pasti bakal sibuk show dan lo akan jadi sahabat yang terabaikan. Hahahaha”
“Ah sialan lo!” Ucapku ketus.
“Mending gini kan? Malam nggak bakal cepat berganti pagi, gue
bisa tiap saat ke rumah lo dan nikmati pisang goreng buatan lo ini. Dan lo bisa
gue hibur dengan suara gue yang kata lo merdu itu” Bintang selalu menggodaku
dengan bersikap over confident. Ini
adalah momen favoritku menikmati malam berdua denganmu tak ada yang lain. Tak
ada gangguan dari manapun, aku ingin lebih lama seperti ini denganmu.
Bip. Ponselmu berbunyi nada
satu pesan masuk, melihat raut wajahmu aku sudah tahu kebersamaan kita akan
segera berakhir.
“May,gue balik ya. Rara barusan sms, kucingnya hilang dia
minta gue bantuin nyari kucingnya” Kata Bintang dengan wajah memelas
“Biasa aja kali muka lo nggak usah dibikin sok melas gitu. Lo
udah jadian sama Rara?” tanyaku, aku sadar saat menanyakan hal itu suaraku
bergetar. Aku cemburu.
“Belum, mungkin setelah gue nemuin kucingnya dia bakal nerima
gue. Ya udah gue balik sekarang. Eh, pisang ini buat gue ya?”
“Ah,kasihan amat sih lo, udah lima bulan pdkt nggak ada progres
apapun. Cih” kataku sinis.
“Yang penting usahanya May, gue yakin Rara bakal nerima gue
sebentar lagi. Bye jelek” ucap dia lalu menyambar pisang goreng terakhir di
malam itu dan berlalu pergi.
Momen favoritku berakhir dengan cara yang menjengkelkan,
hanya karena seekor kucing yang menghilang dari rumah pemiliknya. Pemiliknya
yang sudah membuatmu gila. Malam ini aku meyakini satu hal, cinta itu buta.
Sabtu, 18 Agustus 2012
Bukan sembarang ABG SMA
#cerita 1
Dua keranjang dari rotan penuh berisi dengan telur asin dibawa di kedua tangannya. Ia berjalan dengan semangat menuju toko kelontong dekat rumahnya, menghantarkan telur-telur asin itu kepada pemilik toko. Namanya Eko, umurnya genap 20 tahun tapi Ia masih berseragam putih abu-abu. Kalau berpikir bahwa ia bodoh tentu salah besar, bukan karena tingkat intelektualitas yang rendah yang membuat Eko masih menjadi bagian dari ABG SMA tapi karena kendala biaya untuk sekolah yang tidak ada saat itu. Eko berasal dari keluarga tidak mampu, bapaknya seorang kuli panggul di pasar dan ibunya tidak bekerja. Dengan keadaan yang serba kekurangan setelah lulus SMP Eko mengurungkan niatnya untuk melanjutkan sekolah. Ia memilih bekerja serabutan demi membantu perekonomian keluarganya, pekerjaan seperti mengamen, menjual koran, tukang parkir pernah ia jalani. Sampai suatu hari ia bertemu dengan seseorang yang mengubah kehidupan Eko. Ketika Eko sedang bekerja sebagai tukang parkir di sebuah toko buah, tiba-tiba ada anak kecil yang berlari dari dalam toko ke luar sampai menuju jalan raya. Larinya sangat cepat dan saat itu dari arah kanan ada pengendara motor yang melaju dengan kencangnya, Eko yang melihat kejadian itu dengan sigap menyelamatkannya. Hampir saja anak itu tertabrak, keluarganya berteriak histeris sambil berlari dan langsung memeluknya. Eko merasa lega bisa menyelematkan anak itu. Tak disangka, perbuatan baik Eko membawa berkah tersendiri baginya. Sebagai ucapan terima kasih karena telah menyelamatkan anaknya, Pak Gunawan berjanji untuk menjadikan Eko sebagai anak asuhnya, agar ia bisa melanjutkan sekolah lagi. Sejak itu, Eko kembali bersekolah ia juga diberi modal oleh Pak Gunawan untuk mulai berwirausaha menjadi penjual telur asin. Eko tidak pernah menyangka bahwa ia bisa kembali bersekolah, kini di depannya terhampar jelas jalan untuk meraih cita-citanya sebagai Pilot. Ekonomi keluarganya juga mulai terbantu dari keuntungannya menjual telur asin. dari Eko kita bisa belajar bahwa dalam kondisi kekurangan sekalipun kita tidak boleh putus asa, selalu ada jalan untuk orang yang mau berusaha. Eko menunjukkan dirinya sebagai ABG SMA yang mandiri, giat dan pantang menyerah.
Rabu, 20 Juni 2012
Cantik,Kumbang,Senja dan Padang Ilalang
Tak banyak yang bisa ku lakukan ketika segala amarah menguap tak mampu dibendung lagi. Hatiku hanya satu, tidak cukup besar untuk menampung semua kesakitan itu. Pernah kah kamu berpikir lelucon seperti itu cukup menorehkan luka batin? Sungguh,jangan lagi membandingkanku. Berkali aku mengatakan agar kamu mau menghentikan, tapi suaraku pun tak sampai di telingamu. Kamu sengaja menutupnya, dan selalu mengulanginya. Aku sakit.
Tapi aku mencintaimu,
Kamu bilang aku masa depanmu, kamu bilang terlalu lelah untuk mencari penggantiku. Untuk itu kah kamu memilih bertahan bersamaku? Saat sore kita berdua menikmati senja di padang ilalang, kamu sibuk dengan kameramu mengambil gambar kesana kesini. Kamu tak ingin melewatkan setiap moment berarti di sore itu, kamu harus mengabadikannya. Aku tertawa saat kamu diam-diam mengambil pose seksi kumbang yang tengah terbang merendah di sekitaran ilalang. Badanmu turut merendah tanpa kamu perhatikan kakimu salah melangkah, kamu terjerembab dan kumbang itu terbang meninggi. Kamu marah dan memaki diri sendiri. Dari sini aku terbahak, kamu melangkah ke arahku lalu kita duduk bersebelahan. Kamu masih sibuk dengan kameramu, tapi tak pernah sekalipun kamu mengarahkan lensanya kepadaku. Aku memang bukan gadis-gadis plastik, wajahku tak seelok mereka, tubuhku tak sekurus itu. Aku hanyalah diriku, gadis biasa yang selalu bahagia kala kamu bermanja disampingku, aku hanya gadis biasa yang selalu menyambutmu dengan pelukan hangat ketika kamu datang, aku hanya gadis biasa yang berjam-jam memikirkanmu, aku hanya gadis biasa yang betah berlama-lama mendengarkan semua ceritamu. Aku hanya gadis biasa yang mencintaimu.
Aku iri pada gadis-gadis plastik itu, yang bisa dengan mudahnya mendapatkan posisi sempurna di matamu, di kameramu. Salahkah perasaanku? Aku tidak cantik, begitu pula aku tidak sempurna. Kamu juga tidak sempurna.
Kamu selalu mengatakan bahwa Marissa cantik atau Deara dengan mata ekspresifnya membuatmu terpesona. Kamu selalu berkata Angie punya rambut hitam panjang yang lebat. Apakah kamu menyesal memiliki ku yang tidak sempurna seperti mereka? Aku beradu dengan batin, berusaha meyakinkan diri bahwa aku cantik setidaknya itu kata ibuku. Aku pernah sekali begitu membenci cermin, bagiku cermin hanya menggambarkan pesona keindahan semu. Ada yang lebih penting selain fisik sempurna, yaitu hati. Cermin tak mampu memantulkan isi hatiku.
Aku berusaha, bukan dengan cara instant agar bisa sempurna. Aku tidak ingin mengubah diriku menjadi orang lain, aku ingin tetap menjadi aku yang biasa saja tapi bisa kamu banggakan diantara teman-temanmu, diantara gadis-gadis plastik itu.
Lihatlah, aku berubah sayang. Kini dipipiku ada warna merah merona hasil eksperimenku di kamar ibu. Warna peach memenuhi bibirku, kamu pasti ingin menciumnya. Hahaha. Aku wangi, selalu wangi seperti biasanya. Rambut ku biarkan jatuh terurai, agar kamu tahu Angie tidak sebanding denganku. Memakai little black dress dan heels berwarna merah yang seragam dengan kuku kaki dan tangan ku yang telah dipoles.
Aku ingin kamu melihatku, seutuhnya. Luar dan dalam.
Jangan lagi kamu membandingkanku dengan mereka, karena aku sangat CEMBURU!
Kamu terpana melihatku, bola matamu mengikuti gerak langkahku. Aku tidak banyak berubah, aku hanya sedikit bersolek. Agar kamu tahu, pacarmu ini CANTIK.
Aku masih gadis biasa yang mencintaimu utuh.
Kita kembali menikmati senja di padang ilalang, kamu terus menatapku. Dan untuk pertama kalinya, kamu mengarahkan kameramu kepadaku.
Ada rasa puas dihati,
Tiba-tiba, ada seekor kumbang terbang mendekatiku. Ia berdiam di tanganku, kamu beranjak berdiri dengan cekatan kamu mengabadikan momen itu.
"Kamu cantik" katamu
"Terima kasih mas" jawabku pelan sambil terus menatap senja
"Maafkan aku dek"
"Maaf untuk apa?"tanyaku sambil memperhatikan wajahmu
"Maaf aku yang tidak pernah bisa melihat dirimu secara utuh, maaf aku yang selalu membuatmu cemburu, maaf karena aku begitu bodoh"
"Ya, kita terkadang harus menjadi bodoh untuk dapat memaknai dan mensyukuri apa yang sudah kita miliki, Mas"
Aku baru menyadari gadis-gadis plastik itu memang merebut perhatianmu lewat kemolekan semunya, tapi hati dan cinta yang kamu miliki seutuhnya hanya untukku.
Aku mungkin saja akan terus cemburu, karena kamu dikelilingi pesolek ulung. Tapi disaksikan senja dan kumbang sore ini, aku tahu kamu terlalu bodoh untuk meninggalkanku yang memiliki kecantikan utuh, luar dan dalam.
Aku mencintaimu Mas, dengan apa adanya diriku. Ku harap kamu tahu dan mensyukurinya.
Kamis, 07 Juni 2012
S.M.S
pukul 08.00
kamu : Hai, selamat pagi. Aku kesiangan lagi
aku : selamat siang kalo gitu
pukul 13.00
kamu : jangan lupa menyapa sebungkus nasi padang
aku : Hahaha. Aku hari ini menyapa soto ayam, kamu?
kamu : aku diet, hahahaha
aku : dasar cowok cantik
kamu : Apa?? aku makan sekarang!
pukul 18.00
kamu : halo, aman disana?
aku : aku lagi perang nih.
kamu : keren, perang sama ?
aku : nyamuk
pukul 23.00
kamu : saatnya istirahat, terima kasih untuk hari ini
aku : belum ngantuk
kamu : udah tidur aja
aku : belum ngantuk!
kamu : udah malam, ntar muncul mata panda lagi lho
aku : biarin deh, kok situ yang repot?
kamu : aku kan perhatian
aku : Oh. Makasih ya
kamu : Kembali kasih. Masih nggak mau tidur?
aku : kenapa? capek ngeladenin aku?
kamu : kok sewot?
aku : siapa?
kamu : cewek
aku : ?????
kamu : hahaha, tidur lah.. Ya?
aku : NO
kamu : kamu baru aja sembuh, masa mau begadang lagi?
aku : aku udah sembuh, kamu tau kan aku titisan kelelawar?
kamu : ihh, serem -__-
.......
pukul 00.10
kamu : akhirnya tidur juga, selamat beristirahat. Pastikan besok pagi kamu baru baca ini
.......
Pukul 00.25
aku : kamu kok nggak pernah ngerti sih?
kamu : lho? kok belum tidur?
aku : terserah aku deh mau tidur kapan.
kamu : oke deh, kalo sakit lagi jangan manja sama aku
aku : kamu nggak pernah ngerti. dasar bodoh
kamu : apa lagi?
aku : aku harus bilang?
kamu: biar aku ngerti. kan aku bodoh
aku : aaaarrrgh
kamu : lho???
aku : susah tau sendirian disini, nggak ada kamu.
kamu : mulai ngeluh lagi?
aku : aku juga bisa habis sabar
kamu : bukannya dari awal udah jelas resikonya? masih aja dibahas.
aku : iya iya tau, bawel.
kamu : terus kenapa masih ngomongin ini?
aku : berat aja rasanya, aku pengen pulang
kamu : ini kan sudah pilihanmu. kok sekarang nyesel?
aku : nggak nyesel cuma ngerasa sulit aja nggak ada kamu
kamu : kamu kan udah biasa sendiri, mandiri maksudku. Ayo semangat!
aku : semangat kendor nih, aku menikmati pekerjaan ini cuma nggak ada kamu itu yang bikin semua terlihat sulit
kamu : sebentar lagi kan libur?
aku : libur akhir tahun aku belum bisa pulang
kamu : kenapa?
aku : mana bisa aku santai apalagi kalo musim liburan, kecuali kalo kamu yang jadi bos aku
kamu : Oh..
aku : cuma "Oh" ?
kamu : resiko kerja di tempat wisata sih
aku : iya. Padahal pengen pulang nih..ehm, aku kan juga pengen pacaran normal biar cuma sebentar
kamu : pacaran? sama sapa? wah kok aku baru tau?
aku : selalu gitu.
kamu : hihihi, kalo kamu nggak bisa pulang bukan masalah kok. Nanti biar aku yang kesana
aku : Serius?
kamu : IYA. Aku juga pengen pacaran normal
aku : Makasih sayang
kamu : Tidur ya, udah malam besok kamu harus kerja pagi-pagi
aku : makasih S-A-Y-A-N-G! Kenapa sih nggak mau bilang itu?
kamu : bilang apa?
aku : Udah ah capek , aku mau tidur
..........
Pukul 02.00
kamu : Maaf ya,kalo aku nggak pernah bilang tentang perasaanku. Bukannya aku nggak mau, itu bukan gaya ku aja. Asal kamu tau dan harusnya kamu paham karna kamu cerdas, tentang aku dan bagaimana aku mencintaimu. Jangan ragu lagi, karena aku nggak pernah ragu sama perasaanku yang sangat kuat untuk kamu. AKU MENCINTAIMU, Hilda.
........
Pukul 10.00
kamu : aku kesiangan lagi. Selalu :(
Selasa, 08 Mei 2012
Untuk Bagas
Hai Bagas,
apa kabarmu? aku sebenarnya tak perlu menanyakan itu. Dan sebenarnya aku bisa melihatmu dengan jelas. Kamu tampak sehat, bahkan terlihat lebih kuat. Aku senang mengetahui kamu baik-baik saja.
Hari ini kamu sempurna dengan kemeja warna baby blue itu, tatanan rambutmu yang lebih rapi dari biasanya, wangi parfum yang menempel (bahkan aku bisa menciumnya dari sini) dan yang paling hebat adalah senyummu. Ya senyummu yang membuatmu makin berwibawa. sungguh aku merindukanmu.
Bagas,
aku senang melihatmu seperti ini, kamu pada akhirnya bisa memilih. Lihat, memilih itu bukan hal yang sulit kan?
Bagas,
kamu masih memikirkanku? aku baik-baik saja, ehm sangat baik malah. Kamu sekarang sudah mulai berpikir ini jalan terbaik untuk kita berdua. Aku bangga padamu, karena tidak mudah memang untuk berbesar hati.
sebenarnya malam itu, aku ingin mengatakan padamu. Hal yang seharusnya aku katakan dari dulu. tapi, apa daya ternyata sesuatu itu tidak tersampaikan. aku menyesalinya. aku terlanjur pergi, dan kamu pasti tahu kan aku tidak akan bisa kembali. Maaf, aku menjadi bodoh, selama ini aku sibuk dengan sketchbook-ku. aku bahkan tidak menggubris semua rasa yang kamu miliki. Maaf, aku egois. saat aku berada dalam kondisi terburuk pun aku tak bicara padamu.
Hingga malam itu datang, aku membujur kaku, badanku sekujur membiru, tak ada suara yang keluar dari mulutku. aku bahkan tak lagi mendengar suara-suara disekitarku. perlahan aku merasakan sukmaku keluar dari tubuh ringkihku. lalu aku memandangi diriku yang merana di atas kasur itu.
Ya, aku mati. di malam itu, padahal saat sore hari aku menghabiskan waktu bersamamu dan mendengarkan pengakuanmu, bahwa kamu mencintaiku.
Bagas,
aku tidak bisa melawan takdir, penyakit yang sudah bersarang di tubuhku sejak aku remaja, ahli medis menyebutnya Lupus. kekebalan tubuh yang malah menjadi bumerang untukku. asal kamu tahu, aku tidak pernah meminta berada dikondisi seperti ini.
Aku menyakitimu, maafkan aku.
tidak ada yang bisa kuberikan padamu, bahkan disaat terakhir kehidupanku. aku hanya tidak ingin membuatmu menggantungkan asa terlalu tinggi, karena aku tidak mampu mendampingimu. aku tidak lagi bisa menemanimu berada di jalan setapak, duduk di bangku taman dan menikmati suasana sore, sambil mendengarkan kicauan burung gereja.
aku tidak lagi bisa menemanimu menikmati kopi, seperti yang sering kita lakukan. aku masih ingat, kamu selalu berada disampingku. Aku menggambar di sketchbook, dan kamu bercerita banyak hal sambil meminum kopi.
maafkan aku
Bagas,
terima kasih ya untuk segalanya, aku senang bisa mengenalmu. aku bangga pernah menjadi bagian dalam hidupmu. aku bersyukur karena kamu selalu menemaniku hingga ajal datang dan membawaku pergi. terima kasih kini kamu sudah kuat, lebih dari yang aku bayangkan.
cobalah untuk membuka hati, aku lihat ada seseorang yang akan menyayangimu dengan tulus. percaya padaku!
kini saatnya, aku mengakui "AKU MENCINTAIMU, BAGAS"
maaf untuk segala perasaan yang tak tersampaikan.
-Nara-
1. flash fiction untuk suatu project bareng Mamon.
2. Lihat juga "Buat Audrey" disini
3. saat menulis ini sambil mendengarkan Kiss The Rain by Yiruma, dapat banget soulnya ;)
Bagas,
aku senang melihatmu seperti ini, kamu pada akhirnya bisa memilih. Lihat, memilih itu bukan hal yang sulit kan?
Bagas,
kamu masih memikirkanku? aku baik-baik saja, ehm sangat baik malah. Kamu sekarang sudah mulai berpikir ini jalan terbaik untuk kita berdua. Aku bangga padamu, karena tidak mudah memang untuk berbesar hati.
sebenarnya malam itu, aku ingin mengatakan padamu. Hal yang seharusnya aku katakan dari dulu. tapi, apa daya ternyata sesuatu itu tidak tersampaikan. aku menyesalinya. aku terlanjur pergi, dan kamu pasti tahu kan aku tidak akan bisa kembali. Maaf, aku menjadi bodoh, selama ini aku sibuk dengan sketchbook-ku. aku bahkan tidak menggubris semua rasa yang kamu miliki. Maaf, aku egois. saat aku berada dalam kondisi terburuk pun aku tak bicara padamu.
Hingga malam itu datang, aku membujur kaku, badanku sekujur membiru, tak ada suara yang keluar dari mulutku. aku bahkan tak lagi mendengar suara-suara disekitarku. perlahan aku merasakan sukmaku keluar dari tubuh ringkihku. lalu aku memandangi diriku yang merana di atas kasur itu.
Ya, aku mati. di malam itu, padahal saat sore hari aku menghabiskan waktu bersamamu dan mendengarkan pengakuanmu, bahwa kamu mencintaiku.
Bagas,
aku tidak bisa melawan takdir, penyakit yang sudah bersarang di tubuhku sejak aku remaja, ahli medis menyebutnya Lupus. kekebalan tubuh yang malah menjadi bumerang untukku. asal kamu tahu, aku tidak pernah meminta berada dikondisi seperti ini.
Aku menyakitimu, maafkan aku.
tidak ada yang bisa kuberikan padamu, bahkan disaat terakhir kehidupanku. aku hanya tidak ingin membuatmu menggantungkan asa terlalu tinggi, karena aku tidak mampu mendampingimu. aku tidak lagi bisa menemanimu berada di jalan setapak, duduk di bangku taman dan menikmati suasana sore, sambil mendengarkan kicauan burung gereja.
aku tidak lagi bisa menemanimu menikmati kopi, seperti yang sering kita lakukan. aku masih ingat, kamu selalu berada disampingku. Aku menggambar di sketchbook, dan kamu bercerita banyak hal sambil meminum kopi.
maafkan aku
Bagas,
terima kasih ya untuk segalanya, aku senang bisa mengenalmu. aku bangga pernah menjadi bagian dalam hidupmu. aku bersyukur karena kamu selalu menemaniku hingga ajal datang dan membawaku pergi. terima kasih kini kamu sudah kuat, lebih dari yang aku bayangkan.
cobalah untuk membuka hati, aku lihat ada seseorang yang akan menyayangimu dengan tulus. percaya padaku!
kini saatnya, aku mengakui "AKU MENCINTAIMU, BAGAS"
maaf untuk segala perasaan yang tak tersampaikan.
-Nara-
1. flash fiction untuk suatu project bareng Mamon.
2. Lihat juga "Buat Audrey" disini
3. saat menulis ini sambil mendengarkan Kiss The Rain by Yiruma, dapat banget soulnya ;)
Senin, 23 April 2012
Kamu
Malam semakin larut, bulan pun tampak kelelahan memancarkan sinarnya. Seolah mengerti , langit malam mulai menutupi sang rembulan, cahayanya semakin samar. Tapi tidak demikian dengan diriku. Aku bahkan tidak lelah sama sekali aku masih terjaga. Mataku masih memaksa untuk bertahan. Suara dengkuran ayah di kamar sebelah makin nyaring, mirip suara knalpot motor tuanya.
Di atas tempat tidur, aku gelisah. pikiranku terbang melayang-layang. Aku merasakan pipiku merona merah, aku tersipu sendiri. Hahaha, aku aneh dan merasa konyol malam ini! Apa yang terjadi pada diriku?
Lalu, dengan tergesa-gesa aku bangun, beranjak dari kasur terempuk seantero jagat raya. Ku raih tas di atas meja belajarku, merogoh sesuatu. Aha, aku menemukannya. Ponselku. Kini, aku duduk di samping kasur, sambil memeluk erat gulingku lalu aku mulai membaca pesan di kotak masuk. Baru kali ini, isi pesan di kotak masuk berasal dari satu nama. Ada sekitar lima puluh enam pesan, berasal dari kamu. Dari sore tadi sepulangku dari rumah Dinda, aku dan kamu saling berbalas pesan.
Aku tersenyum, kamu tahu sudah lima kali aku mengulang membaca pesan-pesan ini.
kamu : Udah makan? aku kelaparan disini.
Aku tersenyum membacanya, tinggal jauh dari orang tua benar-benar membuatmu untuk berhemat. Karena tuntutan ilmu kamu harus berada disana.
Pikirku kembali melayang, kapan kamu akan pulang? Tentu aku ingin bertemu kamu, seperti apa dirimu sekarang, aku mencoba membayangkan, ah tapi, tetap saja yang muncul diotakku wujudmu ketika masih mengenakan seragam putih-biru.
kamu : why must her? why don't you here beside me?
Ketika membaca pesan ini, perasaanku makin kacau. Aku tidak lagi bisa membedakan mana bawang putih dan mana bawang merah, tidak lagi bisa membedakan mana toples yang berisi gula dan mana yang berisi garam. Semua tampak absurd. Jawabanmu ini sama sekali tidak aku sangka, hanya karena aku mengatakan disana kamu tidak perlu kesepian karena ada seseorang yang menemanimu. Seseorang yang mendekatimu dan mengharapkan perasaanmu. Dan kamu menjawab demikian, aku seperti melayang jauh. Apa itu berarti kamu lebih memilihku? Aku yang berada jauh, jarak yang berkilo-kilo harus ditempuh.
Jarak. Itu kendala saat ini, kita tidak bisa bertemu dengan mudahnya. Tidak seperti dulu saat kita baru beranjak remaja, seringnya kita bersepeda bersama memutari kompleks perumahan tempat kita tinggal. Tiba-tiba saja aku merindukan saat-saat itu, tapi sayang sepedaku sudah tak ada lagi, dua tahun yang lalu ayah memberikannya kepada sepupuku.
Perasaan apa ini? seolah ada kupu-kupu yang berada di dalam perutku. Aku memandangi cermin berkali-kali sambil tersenyum. Sungguh, aku benar-benar konyol. Aku mengatakan padamu ada kupu-kupu didalam perutku. Kamu membalasnya dengan "hahahaha". Ah, mungkin kamu tidak mengerti maksudku. Ya sudahlah.
Aku penasaran dan memberanikan diri bertanya kepadamu, tentang apa yang kamu rasakan saat ini. Lagi, aku terkejut dengan jawabanmu.
kamu : seperti ada kupu-kupu di dalam perutku.
Kamu tahu, kamu mengerti maksudku.
Malam semakin larut, sudah pukul 01.00 aku tahu kamu pasti sudah tertidur lelap, semoga kamu bermimpi. Mimpikan aku. Apa yang terjadi besok? Aku tidak sabar menantinya, aku kembali ke tempat tidurku, merebahkan tubuhku dan memandangi langit-langit kamar. Apakah besok kamu masih akan menghubungiku? Apa besok kamu akan mengejutkanku dengan jawaban-jawaban singkatmu? Semua masih menjadi misteri.
Tapi aku berharap, lima puluh enam pesan itu terulang lagi besok. Dengan satu nama yang sama, namamu.
HIKKI
Selasa, 27 Maret 2012
Rindu untuk Mas
terkadang apa yang kita inginkan, tidak bisa saat itu juga kita miliki. begitu pula dengan cinta,,beri aku waktu agar kelak kau bisa memilikinya dengan utuh"
Aku masih belum terlelap, padahal malam sudah semakin larut dan esok rutinitas yang sama setiap harinya menyambutku dengan sukacita. Bayanganmu memenuhi pikiranku, kau seharusnya bangga pada dirimu karena aku dengan sukarela tak pernah berhenti memikirkanmu. Mungkin ini yang dinamakan rindu. Kau tentu tahu pasti soal itu. Apa kabarmu disana? Sudah dua tahun aku tak melihatmu, ku coba membayangkan dirimu, hmm apa yang berubah dari fisikmu sekarang? Apa kau kurus? aku khawatir disana kau tidak bisa makan dengan teratur, aku tidak suka melihatmu kurus kering! Apa kau memanjangkan rambutmu? aku harap tidak, kau terlihat rapi dengan gaya rambut mirip polisi.
Dua tahun yang lalu
"Mas, kenapa harus pindah kesana?" tanyaku sore itu, sehari sebelum kau pergi
"Nggak ada alasan konkret sebenarnya. Aku cuma penasaran" jawabmu
"Ah, seperti itu?" aku kecewa mendengar jawabanmu
"Aku nggak tahu disana kondisinya seperti apa, tapi yang jelas aku harus kesana dan mencoba, supaya aku tahu hasilnya".
Aku diam saja, sebenarnya aku ingin bertanya padamu, tapi aku mengurungkan niatku. Kau tak perlu tahu perasaanku, melihatmu ingin sekali mewujudkan mimpimu sudah cukup bagiku. Aku sadar diri, aku bukan siapa-siapa. aku hanya tidak bisa disini tanpa melihatmu.
"Mungkin ini nggak seharusnya aku katakan, tapi aku rasa ini saat yang tepat untuk bicara sama kamu" katamu tiba-tiba membuyarkan lamunanku
"Hah? kenapa mas? mau bicara apa?"
"Sepuluh tahun itu bukan waktu yang singkat buatku mengenalmu, terima kasih ya sudah jadi bagian penting di hidupku. Mungkin yang akan aku katakan akan memberikan perubahan kecil pada dirimu"
"Maksudnya mas apa?"
"Aku sayang kamu, lebih dari perasaan kakak atau sahabat. Aku cinta kamu. perasaan seorang laki-laki pada perempuan, seperti itu yang aku rasakan,tulus. bahkan sebelum kamu jatuh cinta padaku, aku sudah mencintaimu lebih dulu"
Aku tak percaya pada ucapanmu, Kau mencintaiku bahkan kau tahu aku jatuh cinta padamu, apa gerak gerik ku mampu membuatmu tahu perasaanku yang sesungguhnya? Mengapa kau mengatakannya sekarang? Esok kau akan pergi, dan sore ini kau membuatku patah hati, mengetahui perasaanmu yang sebenarnya tapi tak bisa memilikimu.
"Aku nggak ingin kamu tersiksa dengan keadaan kita yang jauh. untuk itu aku nggak meminta apa-apa dari kamu. Aku harus pergi, supaya aku bisa membuktikan kalau aku layak kamu banggakan. Kalau aku nanti berhasil, aku akan segera pulang untuk kamu"
Aku masih diam, sulit untuk berkata-kata. Rasanya berkecamuk mengetahui orang yang dicintai juga memiliki perasaan yang sama, tapi tidak bisa bersama.
"Maaf ya, aku membuat kamu sulit. Selama ini aku menyimpan semua sendiri, karena aku tahu kalau aku nggak bisa memberi kamu ikatan seperti orang kebanyakan. Aku nggak memintamu untuk menunggu tapi aku akan menepati janji bahwa aku akan kembali untuk kamu"
Sekarang..
Kau tahu aku disini masih menunggumu, mungkin aku terlihat bodoh bagi orang kebanyakan, menunggu sesuatu yang tidak pasti. Tapi aku mengenalmu, lebih dari yang mereka tahu. Kau tak kan pernah mengingkari janjimu. Jadi segeralah pulang, kau tahu dimana harus mencariku. Saat kau kembali, biarkan aku mencintaimu dengan utuh dan satu tanpa terkecuali lagi.
Aku rindu kamu, Mas.
Langganan:
Postingan (Atom)